Rabu, Agustus 05, 2009
Oleh : Suroso
(Sebuah telaahan Tentang Kebutuhan Manusia, di kaitkan dengan kesiapan kita menghadapi remunerasi)
Penampilannya sangat sederhana, apa adanya….itulah gambaran Mbah Surip, yang sering kita lihat di Televisi. Data riwayat pribadinya yang kaya warna seperti topi yang dikenakannya saat tampil di depan publik. Rumit seperti rambut ala rasta nya…yang konon sebelum punya uang, rambut ala rastanya di cuci menggunakan deterjen rinso sekalian untuk mencuci pakaiannya.
Pernah hidup nyaman saat menjadi pekerja di perusahaan pengeboran minyak dari tahun 1975 sampai 1986, keliling dari satu negara ke negara lain, pernah singgah di Texas, Brunei, Singapura, dan tempat-tempat penghasil minyak lainnya.
Kemudian terdampar di Bulungan. Hidup bersama para seniman. Berbagai cabang kesenian pun ia geluti. Mulai dari teater, lukis, hingga menyanyi. Waktu akhirnya menjawab, Mbah Surip ternyata memilih menjadi penyanyi sebagai jalan hidupnya. Tahun 1997 ia mengeluarkan album Ijo Royo-royo, disusul album Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003), dan Barang Baru (2004).
Seorang kawannya Aljauhari, dalam blog Kompasiana mengatakan,
Saya masih ingat, sejak tahun 1988 Mbah Surip sering menyanyikan lagu ‘tak gendong’ dan ‘bangun pagi’ di depan teras show room kami di Pasar Seni Blok F1 (dulu pusat patung dan ukiran kayu milik keluarga kami). Ia akrab dengan kakak saya, Mas Sidik Al Amien (alm). Biasanya ia datang ke show room saat jam makan siang. Kalau sudah begitu, Mas Sidik mengajak dia makan siang di warung ‘Si Eneng’ di samping show room.
Kata Mas Sidik, meski hidup susah (baca: menggelandang), Mbah Surip pantang meminta-minta. Meski lapar, dia tidak akan minta ditraktir. Tapi tidak akan menolak bila diajak makan. “Makanya jangan heran bila dia ke sini pas jam-jam makan. Kalau gak ada saya, ajak aja makan di warung sebelah,” pesan Mas Sidik suatu hari.
Di pasar seni ancol, Mbah Surip sering makan kalau ada kawan akrab, atau kenalan sedang makan (karena ditraktir). Saya yakin, untuk itu dia tidak musti minta ditraktir. Meski penampilannya ‘nyleneh’, ia sangat dihargai orang se komunitas seniman dan pengusaha Pasar Seni Ancol.
Alhamdulillah….Puji Tuhan…Di media kita baca berita, lagu Mbah surip telah menghasilkan Rp 4.5 M lewat RBTnya. Beliau sudah punya mobil, walaupun di televisi sering kita lihat Beliau masih naik ojek. Sudah punya rumah sendiri, tidak lagi tidur di sembarang tempat. Rambutnya sudah di cuci dengan sampoo kucing.
Apa kaitannya dengan rencana remunerasi tahun 2010 ¿
Apa hubungannya......he3x...
perpindahan dari suatu keadaan (fisik dan non fisik) yang stabil kepada yang tidak stabil secara ekstrim...biasanya diikuti oleh goncangan jiwa yang tiada terkira, dan dapat berdampak secara fisik maupun psikis. Namanya yang ekstrim-ekstrim itu sakit...berat...abot nyanggahe...bisa gila, mati mendadak...dan lain sebagainya.
Kalau jadi...Penghasilan kita meningkat dengan drastis....bisa di sebut ekstrim juga. Nah jangan sampai nanti pada 2010...kita tergoncang secara fisik dan psikis...he3x...
Jadi...ayo persiapkan, jangan sampai kita terguncang.
2 komentar:
Ya..betul..kalo ga kuat perubahan ekstrim malah menimbulkan bahaya. Jadi lebih baik ga usah remunerasi? Ga juga...makanya punyalah rencana apabila remunerasi terealisasi. Misalnya kredit rumah, beli mobil atau buka usaha...mungkin juga..kawin lagi.. wuakakak....(itu lebih baik daripada jajan terus).... Siapkan rencana masa depan untuk remunerasi..
He3x....
Betul boss...siapkan deh dari sekarang...ape aje..
dan jangan lupa, segala rencana di tulis...
he3x.....
Posting Komentar