Selasa, Maret 09, 2010
(Cerita Sangat Pendek)
Oleh: Suroso
Kereta....
Kendaraan ini tidak asing untuk kita.
Warga Kompak@90 pasti sudah pernah menaikinya.
Mulai dari awal kita di Jogja, pulang pergi cuti pendidikan, sarcab, week end sekolah maupun penugasan...naiknya kereta.
(Bla bla bla....cerita di singkat) karena keterbatasan seat kereta, terkadang kita harus menunggu rangkaian gerbong kereta setelahnya.
Jika kita sudah terangkut... Bersyukurlah kepada Tuhan, karena anak istri kita sudah menunggu di rumah untuk bercengkrama.
Jika belum terangkut....bersyukurlah kepada Tuhan, karena kita masih punya waktu untuk bercengkrama dengan anak dan istri dirumah.
Kereta...kereta....
Gerbong kereta kita....
I Like You.
Oleh : Surya Chandra Siahaan (Ucok 90)
Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.
Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.
Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.
Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Yang terhormat Pak Direktur"... ... Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan.
Dan sampai kapan pun bapak adalah tetap Pak Direktur buat saya.
Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin........ ......
Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.
Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.
Pembaca Yang Budiman,
Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.
Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.
Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.
Mudah-mudah- an 3 (tiga) suku kata " Maaf, Tolong dan Terimakasih " bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua
Rabu, November 11, 2009
Ramalan Suku Maya, Kiamat 21 Desember 2012 : Sebuah Telaahan Fenomena Alam, Badai Matahari berkaitan dengan Panggung ke-kita-an.
0 komentar Diposting oleh kompak90 di 13.21Oleh : Suroso
Dari berbagai sumber
”End of time” demikian ramalan kalender suku maya pada tanggal 21 Desember 2012. Pada tanggal itu dunia akan berakhir.
Suku Maya tinggal di wilayah selatan Mexico, sekarang (Yucatan) Guetemala, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras. Menurut wikipedia, Suku Maya ini mencapai kejayaan di bidang teknologinya (250 M hingga 925 M), menghasilkan bentuk karya dan peradaban unik seperti, pertanian (kanal drainase), tanaman jagung dan latex, sumurnya yang disebut "cenotes", bangunan (Chichen Itza) seperti pyramid, kuil dan bangunan-bangunan kuno yang dibangun oleh Suku Maya yang masih dapat ditemui di sana. Banyak juga batu-batu pahatan dan tulisan-tulisan misterius pada meja-meja yang ditinggalkan mereka.
Menurut Arguelles, dalam karyanya The Mayan Factor: Path Beyong Technology yang diterbitkan oleh Bear & Company pada 1973, disebutkan dalam Kalender Maya tercatat bahwa sistim galaksi tata surya kita sedang mengalami ‘The Great Cycle’ (siklus besar) yang berjangka lima ribu dua ratus tahun lebih. Waktunya dari 3113 SM sampai 2012 M. Dalam siklus besar ini, tata surya dan bumi sedang bergerak melintasi sebuah sinar galaksi (Galatic Beam) yang berasal dari inti galaksi. Diameter sinar secara horizontal ini ialah 5125 tahun bumi. Dengan kata lain, kalau bumi melintasi sinar ini akan memakan waktu 5125 tahun lamanya.
Dalam beritanya di www.kompas.com Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), melalui Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Bambang S Tedjasukmana mengatakan, fenomena yang dapat diperkirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah fenomena alam yaitu badai Matahari.
Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.
Lebih detil, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.
Badai matahari atau solar storm ini dapat menimbulkan ledakan energi yang cukup dahsyat ke arah bumi. Ledakan inilah yang kemudian akan mengganggu jalannya sistem komunikasi dan elektronika. Oleh karena itu seluruh peralatan komunikasi dan elektronika tidak bisa berfungsi dengan baik.
Akibat dari fenomena alam ini selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia.
Panggung Ke-kita-an
Kawan......Jika itu terjadi,
Panggung kita agak semrawut...kalau tidak dibilang kacau.
Instrumen panggung tidak ada yang hidup...
Lampu-lampu tidak ada yang menyala, karena pasokan catu daya kolaps...
Jaringan Komunikasi dan pengendalian kita terganggu, karena atmosfir sebagai media perambatan gelombang elektromagnetik (GEM) kita sedang tidak bersahabat.
Begitu juga dengan jaringan adminlog, meteo, penerbangan, PLLU, Lasa, pokoknya mati semua, kalau tidak disebabkan karena gangguan GEM ya...dari catu daya listrik.
Peralatan navigasi tidak berfungsi...NDB, VOR/DME, ILS, INS, Tacan...apalagi GPS.
Telepon kantor atawa rumah dari Telkom mati...apalagi handphone...Eh HP hidup...Cuma gak ada sinyalnya.
Pak Dosen dan Patun...back to basic, menggunakan white board atau papan tulis untuk mengajar… infokus tidak berfungsi dan ruangan sumuk karena AC nya mati.
Pada tahun itu kawan-kawan sudah menggunakan mobil Baleno...Cuma jarang digunakan. Jatah MT-88 masih banyak, cuma ngantri BBM nya agak panjang...pengisian secara manual.
Untuk penghematan banyak yang menggunakan sepeda motor atawa ontel.
Gaji kita… yang sudah sesuai remunerasi...agak terlambat, karena sistem perbankan juga mengalami hal yang sama.
Di daerah-daerah, para top manager, para Danlanud, Dan Satrad dll juga mengalami kesulitan yang sama.
Yang Lulus dan Lolos
Jika.. sekali lagi jika itu terjadi...
Yang lulus dan lolos adalah yang terbiasa tidak menggunakan asesoris.
Jika Hal itu tidak terjadi...
Berterimakasih kepada Suku Maya, karena sudah mengingatkan jauh-jauh hari, sehingga kita selalu dan selalu berdoa dan memohon kepadaNya...untuk menangguhkan dan meniadakan kiamat-kiamat yang ada.
Seperti kata firmanNya : Tidak akan Aku kiamatkan dunia ini, selama masih ada orang-orang yang selalu menyebut-nyebut namaKu.
Ayo kawan...kita segera cari namaNya yang ke-100...biar kita selamat.
Minggu, Agustus 30, 2009
Oleh : Hevriyanto
Teman-temanku yg budiman, saya kirimkan cerita ttg renungan hidup mudah-mudahan dapat menyejukkan hati kita dan senantiasa dapat membuat kita berpikir dengan sudut pandang yg positif terhadap segala sesuatu yang kita baca, dengar dan temui.... pokoke apa ajalah...... Tapi semua berpaling pada diri kita masing2 alias sak karepmu....utk menyikapinya. Yah, cuma itu yang bisa saya kirimkan buat rekan2, mau cerita ttg teknologi atau ilmu apa aja yg pakai referensi....temen2 banyak yg hebat dan jago! Saya tulis pakai referensi yg kita temui sehari-hari aja deh, yg penting bermanfaat..... Selamat membaca....
BERAPA MALAIKAT YANG KAU TEMUI HARI INI????
Ya berapa malaikat yang sudah kau temui hari ini?
Atau hari kemarin?
Di dalam perjalananmu menuju tempat kerja?
Atau dalam perjalananmu menuju ke rumah kembali?
Berapa?
Bahkan itu di rumahmu sendiri.
Berapa malaikat yang kau temui?
Tidak ada?
Tidak mungkin! Siapa bilang?
Mari kita ingat-ingat lagi…
Mungkin dia yang membuatmu marah-marah karena
membuatmu terbangun di tengah malam buta. Membuatmu
terjaga dengan tangisan. Dan kau hanya berkata dengan
bersungut-sungut, “Anak siapa sih? Rese amat
malem-malem nangis. Berisik!”
Padahal mungkin ia membangunkanmu untuk sesuatu hal
bermanfaat yang bisa kau lakukan di tengah malam itu.
Mungkin dia yang membuatmu sewot, ketika kau
bertabrakan badan di jalan sehingga membuatmu
terjatuh. Dan kau menjadi sedikit sakit dan malu. Dan
kau membentaknya dengan ucapan, “Pake mata dong kalo jalan!”
Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berlatih bersabar
dan malahan justru jika ia tidak menabrakmu kau akan
sedetik lebih cepat dan mungkin ceritanya akan berbeda.
Tertabrak mobil barangkali.
Mungkin dia yang membuatmu berpikir buruk, sebab
setiap hari ia selalu menengadahkan tangan padamu
dengan pakaian compang-camping dan baju dekilnya.
Sehingga membuat ini terbersit di pikiranmu, “Males
amat sih ini orang. Badan masih seger gitu loh?”
Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berpikir positif
dan lebih bermurah rejeki, setidaknya bermurah senyum.
Ya. Cobalah ingat-ingat lagi. Berapa kali dalam sehari
kau membentak, menghardik, membenci, berprasangka,
mencibir, memaki orang lain?
Berapa kali?
Sebab mungkin sebanyak itu pulalah kau berlaku tidak
sepantasnya pada malaikat.
Senyumlah setiap hari pada siapapun yang kau jumpai. Berpikirlah positif pada setiap orang yang kau temui.
Perlakukanlah orang lain dengan cara yang sama seperti kau mengharapkan orang lain memperlakukanmu. Tuhan selalu “bekerja” dengan cara yang misterius. Maka, selalu lah peka dalam menyikapi semua ini.
Rabu, Agustus 05, 2009
Oleh : Suroso
(Sebuah telaahan Tentang Kebutuhan Manusia, di kaitkan dengan kesiapan kita menghadapi remunerasi)
Penampilannya sangat sederhana, apa adanya….itulah gambaran Mbah Surip, yang sering kita lihat di Televisi. Data riwayat pribadinya yang kaya warna seperti topi yang dikenakannya saat tampil di depan publik. Rumit seperti rambut ala rasta nya…yang konon sebelum punya uang, rambut ala rastanya di cuci menggunakan deterjen rinso sekalian untuk mencuci pakaiannya.
Pernah hidup nyaman saat menjadi pekerja di perusahaan pengeboran minyak dari tahun 1975 sampai 1986, keliling dari satu negara ke negara lain, pernah singgah di Texas, Brunei, Singapura, dan tempat-tempat penghasil minyak lainnya.
Kemudian terdampar di Bulungan. Hidup bersama para seniman. Berbagai cabang kesenian pun ia geluti. Mulai dari teater, lukis, hingga menyanyi. Waktu akhirnya menjawab, Mbah Surip ternyata memilih menjadi penyanyi sebagai jalan hidupnya. Tahun 1997 ia mengeluarkan album Ijo Royo-royo, disusul album Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003), dan Barang Baru (2004).
Seorang kawannya Aljauhari, dalam blog Kompasiana mengatakan,
Saya masih ingat, sejak tahun 1988 Mbah Surip sering menyanyikan lagu ‘tak gendong’ dan ‘bangun pagi’ di depan teras show room kami di Pasar Seni Blok F1 (dulu pusat patung dan ukiran kayu milik keluarga kami). Ia akrab dengan kakak saya, Mas Sidik Al Amien (alm). Biasanya ia datang ke show room saat jam makan siang. Kalau sudah begitu, Mas Sidik mengajak dia makan siang di warung ‘Si Eneng’ di samping show room.
Kata Mas Sidik, meski hidup susah (baca: menggelandang), Mbah Surip pantang meminta-minta. Meski lapar, dia tidak akan minta ditraktir. Tapi tidak akan menolak bila diajak makan. “Makanya jangan heran bila dia ke sini pas jam-jam makan. Kalau gak ada saya, ajak aja makan di warung sebelah,” pesan Mas Sidik suatu hari.
Di pasar seni ancol, Mbah Surip sering makan kalau ada kawan akrab, atau kenalan sedang makan (karena ditraktir). Saya yakin, untuk itu dia tidak musti minta ditraktir. Meski penampilannya ‘nyleneh’, ia sangat dihargai orang se komunitas seniman dan pengusaha Pasar Seni Ancol.
Alhamdulillah….Puji Tuhan…Di media kita baca berita, lagu Mbah surip telah menghasilkan Rp 4.5 M lewat RBTnya. Beliau sudah punya mobil, walaupun di televisi sering kita lihat Beliau masih naik ojek. Sudah punya rumah sendiri, tidak lagi tidur di sembarang tempat. Rambutnya sudah di cuci dengan sampoo kucing.
Apa kaitannya dengan rencana remunerasi tahun 2010 ¿
Apa hubungannya......he3x...
perpindahan dari suatu keadaan (fisik dan non fisik) yang stabil kepada yang tidak stabil secara ekstrim...biasanya diikuti oleh goncangan jiwa yang tiada terkira, dan dapat berdampak secara fisik maupun psikis. Namanya yang ekstrim-ekstrim itu sakit...berat...abot nyanggahe...bisa gila, mati mendadak...dan lain sebagainya.
Kalau jadi...Penghasilan kita meningkat dengan drastis....bisa di sebut ekstrim juga. Nah jangan sampai nanti pada 2010...kita tergoncang secara fisik dan psikis...he3x...
Jadi...ayo persiapkan, jangan sampai kita terguncang.
Sabtu, Juli 18, 2009
Sumber : Kompas Februari 2009
Awalnya adalah garis di atas peta yang ditorehkan melalui perjanjian dua negara penjajah, Belanda dan Inggris, pada 20 Juni 1891. Pulau Borneo pun kemudian terbelah memanjang dari timur ke barat.
Masyarakat di kedua sisi batas itu, yang sebagian masih bertalian saudara, dipaksa untuk memiliki identitas yang berbeda. Sebelah selatan garis menjadi wilayah kekuasaan Dutch Borneo dan sebelah utara berada di bawah British Protectorates.
Setelah berakhirnya era kolonialisasi Belanda di Indonesia dan Inggris di Malaysia, pulau yang terbelah itu pun diwariskan kepada bekas anak jajahannya masing-masing. Indonesia mewarisi sekitar dua pertiga tanah Borneo di sebelah selatan dan sisanya terbagi antara Malaysia dan Brunei.
Namun, garis batas itu tidak dapat menghapus realitas sosial yang ada sebelumnya. Catatan dari penjelajah Belanda, Anton W Niewenhuis, dalam bukunya, In Central Borneo (1894), menyebutkan, pada sekitar tahun tersebut, terdapat suku-suku Dayak dari berbagai macam subetnis di wilayah ini. Selain suku Dayak, juga terdapat etnis China dan Melayu yang berdagang dan sebagian mulai menetap di kawasan ini. Suku-suku ini memiliki teritori dan berinteraksi satu sama lain.
Hingga 100 tahun kemudian, kelompok sosial yang berada di antara garis batas tetap meneruskan irisan itu, terutama dalam hal perdagangan, baik legal maupun ilegal di mata hukum negara modern, melalui pos perbatasan maupun jalur-jalur tradisional yang tersebar di garis batas dua negara.
Gambaran tentang pola interaksi tradisional ini terlihat dari perdagangan antara masyarakat Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kalimantan Barat, dan Kampung Gun Sapit, Negara Bagian Sarawak, Malaysia.
”Sebagian besar hasil bumi masyarakat Suruh Tembawang dibawa ke Gun Sapit dengan berjalan kaki hingga 4-6 jam,” kata Kepala Desa Suruh Tembawang Imran Manuk.
Masyarakat di kedua desa ini masih memiliki pertalian darah dan banyak terikat oleh perkawinan lintas negara. ”Nenek moyang saya berasal dari Suruh Tembawang. Sampai sekarang, lahan pertanian warisan leluhur saya masih ada di sana dan masih saya kerjakan,” kata Kepala Kampung Gun Sapit Duduh (85).
Batas imajiner Batas antarnegara itu di mata masyarakat tradisional ini adalah absurd. ”Kami masih saling mengunjungi. Jika ada gawe (upacara panen padi) di Suruh Tembawang, banyak warga saya yang datang ke sana, demikian sebaliknya,” katanya.
Talian darah dan interaksi budaya itu yang mendorong Duduh membuka tangan terhadap warga Desa Suruh Tembawang yang hendak pindah menjadi warga Kampung Gun Sapit. ”Ada beberapa warga Indonesia dari Suruh Tembawang yang sekarang tinggal di kampung kami,” kata Duduh.
Hal inilah yang menyebabkan banyak warga negara Indonesia yang juga memiliki kartu kependudukan (IC) Malaysia. Lebih majunya ekonomi Malaysia dibandingkan dengan Indonesia menyebabkan banyak warga Desa Suruh Tembawang yang memilih pindah ke Malaysia.
”Banyak warga kami yang pindah ke Malaysia karena alasan untuk mendapatkan kemajuan ekonomi dan pendidikan,” kata Imran Manuk.
Perpindahan penduduk dan perdagangan tradisional perbatasan dengan alasan ekonomi ini menambah pelik penegakan secara tegas batas-batas antarkedua negara. Hal inilah yang mendorong Pemerintah Indonesia dan Malaysia menyepakati Perjanjian Sosek Malindo pada tahun 1967, yang memberi kelonggaran perdagangan antarmasyarakat perbatasan.
Namun, kelonggaran ini kemudian juga dimanfaatkan para penyelundup. Aneka barang, terutama kayu dan rotan, hingga manusia, diselundupkan dari Indonesia melalui perbatasan kedua negara. Sebaliknya, dari Malaysia diselundupkan gula dan berbagai produk makanan dalam kemasan.
Sepanjang jalur perbatasan telah menjelma sebagai jalur surga berbagai aktivitas kejahatan lintas negara. Pengetatan jalur perbatasan dengan menanam pos-pos tentara di jalur perbatasan dan polisi di pos perbatasan tak cukup efektif menghentikan laju penyelundupan di batas negara sepanjang daratan Kalimantan.
Berbagai kejahatan lintas negara juga terbukti terjadi di depan mata aparat keamanan, seperti maraknya kasus perdagangan manusia (human trafficking) yang korbannya diselundupkan melalui Pos Lintas Batas Entikong. Penyelesaian masalah lintas batas memang tak melulu menjadi masalah keamanan...